Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Mama & Karina (1)

Perjalanan bawa anak balita tentunya tidak cukup hanya bawa baju yang nempel dibadan, pasti diiringi dengan gembolan tas, isi baju salin, susu, makanan kecil, obat-obatan ringan, dlsb. Saya mah selalu bikin check list meskipun jalannya hanya Kampung  Melayu- Senen. Cukup bahkan sangat repot bila jalannya naik angkot. Bawa balita saja sudah repot tambah gembolan-nya . Karina saat kecil, 2 tahun, pernah saya ajak naik mikrolet ke rumah teman untuk menghadiri pesta Ultah anaknya. Perjalanan lumayan jauh sih untuk ukuran balita, naik angkot pula, Kampung Melayu – Senen. Entah karena mikrolet jalannya ngepot , atau entah karena memang jarak tempuhnya kejauhan, Karina (maaf) muntah.   Basah-lah sebagian bajunya. “Bang stop-stop, saya turun disini” Saya tidak bermaksud melanjutkan perjalanan, baiknya balik pulang saja, daripada Karina masuk angin. Karena bawa gembolan , dan ga mungkin turun sekaligus sambil gendong Karina, sambil bawa gembolan, maka saya turunkan K

Mama & Vira (2)

Satu saat Vira (2 tahun ) bilang : “Ma ayook kita punya adek lagi” Saya : Punya ade lagi kan nggak gampang, sayang Vira : Kan tinggal ambil di pasar tempat daging Saya (tertawa, tapi lanjut ngelurusin) : kan mama ga punya uang untuk ambil ade Vira : Kan bisa gesek (dia selalu lihat mama kalo belanja di supermarket geseeeek kartu kredit terusss.. hahaha) Yang dibayangkan Vira, bayi-bayi lucu berjejer di keramik-keramik los daging, tempat daging sapi di dipajang. Hihihi... kebanyakan diajak kepasar nih anak.

Mama & Vira (1)

Di medsos terutama di group-group WA, baru-baru ini lagi menyebar cerita “cari pembantu” Jadi inget bertahun-tahun lalu, saat Vira masih 5 tahun, baru bisa baca, semua tulisan di jalan dibaca. Suatu saat kami lewat depan BCA, Vira narik-narik tangan saya “Mah yook ambil mbak disitu”. Saya nengok ke arah yang ditunjuk Vira… “BCA Kantor Cabang Pembantu”. Duh Dek , kamu benar itu kantor cabang pembantu, tapi bukan yayasan cari mbak… hahahha :) Dulu (sebelum kami menemukan satu mbak yang namanya Runi, dan dia bekerja pada kami selama hampir 7 tahun), masalah saya selalu pada pembantu yang keluar masuk, jadi posisi kita sering boyongan ke rumah Ibu-ku. Tapi setelah anak-anak mulai sekolah sudah tidak mungkin lagi kita hidup  nomaden  begitu, mau nggak mau harus bertahan di rumah, ada atau tidak ada mbak. Yang jadi korban ya anak-anak, ga ada yang bantuin. Balik lagi ke BCA kantor cabang pembantu… kira-kira yang ada di kepala Vira kecil seperti apa ya kondisi didalam kant