Liburan Mesra bersama Pacar


Akhir-akhir ini banyak di media sosial, terutama Instagram, artis-artis muda Indonesia pamer poto "liburan mesra bersama pacar".  Jangan dipikir yang namanya liburan tersebut adalah piknik jalan-jalan ke Ancol, Taman Safari, apalagi Ragunan. Yang dimaksud liburan mereka adalah jauhhh.. melancong keluar negeri.
Kemudian poto-poto kemesraan tersebut ditangkap dan disebarkan oleh account gossip, kemudian dilihat oleh ratusan ribu follower, yang sebagian besar usia muda dan gamang.
Kira-kira yang dipikir netizen/follower tentang poto itu apa ya?
Siapa yang tau sih kalau mereka mengikut sertakan keluarga? yang jelas photo-photo yang dipamerkan adalah mereka berdua dengan segala kemesraannya, layaknya suami istri sedang honeymoon.
Netizen muda sebagian besar menganggap itu biasa saja, artinya liburan jauhhh (sudah pasti nginap) berdua dengan yang bukan muhrim-nya, biasa saja. Bahkan mereka memuji sang artis, dan berangan-angan ingin melakukan liburan seperti itu juga.
Huffff!

Saya terusik dan saya masuk dengan comment yang berbeda, bahwa hal tersebut tidak baik, maka netizen follower account gossip tersebut rame-rame menyerbu saya, dengan kata-kata :

"Kurang piknik ya? Mau banget diajak piknik"
"Jangan berpikiran kotor, belum tentu mereka satu kamar!"

Come on... 'belum tentu mereka satu kamar'  wkwkwkwk.. naif  banget ya para follower account gossip tersebut.
Tapi taukah, bagaimana efeknya 'poto mesra liburan bersama pacar' tersebut berdampak pada anak-anak muda, terutama teenager, yang dalam usia masih gamang?
Selama mereka tidak dibekali ilmu agama yang baik, mereka akan berpikir hal itu biasa, bukan dosa, bukan zinah ataupun maksiat dan bukan tidak mungkin mereka mengikuti apa yang dilakukan sang artis, walaupun tidak mungkin mereka mengikuti liburan ke Maldives, tapi mereka mencontoh perbuatan idolanya.
Taukah kamu hai Netizen Alay,  bahwa hal yang dilakukan si artis kira-kira sama saja dengan mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya.

Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka." (HR. Muslim).

Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang menirunya atau menyebarkannya.
Itu namanya Dosa Jariyah!
Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkan, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Bisa dibayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.

(QS. an-Nahl: 25)
Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).

Dunia semakin tua, mendekati akhir zaman,  perzinahan merebak di mana-mana.
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa diakhir jaman nanti persetubuhan dilakukan dijalan, dan sebaik-baiknya orang saat itu hanya menyarankan untuk 'menutupinya'
Rasulullah SAW menceritakan tentang peristiwa itu sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah RA:


"Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, umat ini tidak akan punah, sampai ada laki-laki mendatangi perempuan, lalu menyetubuhinya di jalan. Lantas orang yang terbaik pada saat itu adalah yang mengatakan: 'Alangkah baiknya jika kamu bersembunyi di balik tembok ini." (HR Abu Ya'la)


Komentar