I'm the Great Pretender

Hans Christian Andersen merupakan salah satu buku favorit saya ketika kecil, salah satu cerita yang masih membuat saya tergelitik sampai sekarang adalah cerita mengenai Raja tamak yang tertipu oleh tukang jahitnya, judulnya The Emperor’s New Clothes.

Sedikit ceritanya seperti ini,
Sang raja yang terkenal tamak, kikir dan hanya mementingan diri sendiri daripada rakyatnya yang miskin jelata, suatu saat kena batunya. Ketika dia mencari tukang jahit di seluruh negeri utuk membuat rancangan bajunya yang di desain semewah mungkin, dengan bahan-bahan untaian benang-benang terbuat dari emas dan permata, maka didapatinya seorang tukang jahit yang konon handal dengan rancangannya. Maka dimintalah sang tukang jahit untuk mendisain dan menjahit bajunya.
Raja tamak tersebut memberikan bahan-bahan benang emas dan permata terbaik kepada tukang jahit tersebut untuk dibuatkan bajunya.
Maka proses menjahit dilakukan berhari-hari. Suatu ketika Raja tamak menyuruh Patih untuk melihat progress pembuatan bajunya. Sang Patih terkejut karena si tukang jahit seolah-olah menjahit tapi tidak ada sehelai benangpun yang dijahit. Si tukang jahit mengatakan “hanya orang yang bijaksana dan pintar saja yang dapat melihat baju ini”. Dan rupanya ‘tipu-tipu’ tukang jahit ini disebarkan ke seluruh negeri, sehingga seluruh negeri karena takut dianggap goblok dan tidak bijaksana, maka berpendapat bisa melihat baju mewah tersebut bahkan memuji-muji “keindahan” baju sang raja.

Akhirnya hari H pun tiba, sang raja “mengenakan” baju itu untuk karnaval keliling kampung.
Semua berdecak kagum, kecuali anak kecil kumuh dan umbelan yang digandeng ibunya yang berkata

“Bu kenapa raja tidak pakai baju?”

Beberapa orang menoleh ke anak kecil itu, dan mulai terkikik-kikik melihat kearah raja yang telanjang bulat tanpa baju. Akhirnya semua kompak setuju, memang raja tidak pakai baju.

Saya menggaris bawahi pendapat yang ikut-ikutan setuju, padahal nggak ngerti, hanya supaya dianggap pintar dan bijaksana.
Analoginya seperti ketika saya membaca suatu tulisan tapi saya tidak memahami maknanya, tapi karena sebagian orang top berkata “menarik”, sayapun bilang “menarik”, bukan untuk dibilang pintar atau bijaksana, melainkan akan saya baca ulang nanti (setelah waktu luang) dengan didampingi Kamus Besar Bahasa Indonesia, tentunya.
Saya ini memang katrok dalam memahami puisi. Mungkin salah satu kata-kata puitis yang saya pahami adalah, "Jaka Sembung Bawa Golok, Nggak nyambung Goblok"

Layaknya CHOIR seperti wakil rakyat di sidang tentang rakyat di jaman ORBA dulu, bila Bapak mengatakan sesuatu, semua manggut-manggut, entah ngerti entah lagi mimpi, karena sering tertangkap kamera sedang tidur ketika rapat.
Semoga anak buah yang menyatakan dirinya Kampret dan Cebong masing-masing tidak main iya-iya saja hanya demi membela junjungannya masing-masing. Bila junjungannya salah ya katakan salah, bila junjungannya benar ya katakan benar.
Maaf jadi nyerempet politik, padahal saya tidak katam dalam perKampretan dan perCebongan.

Kembali ke karya Puisi, penilaian saya kepada karya puisi lebih karena saya kagum dengan lembut dan santunnya gaya bicara dalam puisi, yang sudah pasti menggambarkan betapa lembut dan santunnya sang penulis. Itu saya hargai setinggi-tingginya. Daripada saya, nggak bisa apa-apa hayooo!
Lain waktu, bila ada kesempatan saya akan minta belajar dari para suhu untuk menulis puisi, mungkin dengan bekal saya yang hanya “Jaka sembung bawa golok”.

Ngomong-mgomong, itu tukang jahit seorang penipu sadis atau seorang yang pintar sih? Kok bisa ya menghipnotis seluruh negeri sampe percaya begitu. Kira-kira sama nggak dengan kasus operasi plastik Ibu Ratna Terompet?
Duh larinya ke politik lagi, dibilang ga katam, ya jangan ngomongin politik.
Puisi aja katrok!

Sayup-sayup terdengar alunan lagu Freddie Mercury dari speaker computer,
…. Oh yeah I'm the great pretender uuuh uuuhhh
…. Pretending I'm doing well uuuh uuuhhh

credit to : wattpad.com

Komentar