Ngatijooooo... Ngatijoooo, nyebelin banget sih lu!

Proses balik nama di lembaran Pajak Bumi dan Bangunan - PBB


Belum lama ini saya terima Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang PBB 2012, melalui RT tempat saya tinggal.  Kaget, nama yang tertera masih nama pemilik lama, padahal sertifikat hak milik rumah sudah atas nama saya dan tentu saja dibuktikan dengan akte jual beli oleh notaris.

Saya cari tau dimana letak kesalahannya, kok masih nama pemilik lama?
Telpon ke notaris yang urus proses pembelian rumah, didapat info bahwa saat jual beli rumah dan balik nama sertifikat, pihak notaris hanya mengurus sampai Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan TIDAK mengurus sampai ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), karena itu kewajiban pemilik rumah yang baru.

Baru deh saya ‘klik’ dimana letak kekurangannya : Tidak ada link data antara KPP dengan BPN.
Saya langsung mikir : Bukankah sejak balik nama sertifikat di BPN nama saya sudah terdaftar sebagai pemilik rumah? Artinya kepemilikan atas rumah tersebut sudah SAH secara hukum dan NEGARA. Lalu.. apakah KPP negara-nya lain? (hihihi…sebel banget gue).
Apakah terlalu berlebihan angan-angan saya ini bila nantiiii…kelakkkk… antara BPN dan KPP punya satu data yang sama secara automatic ? Sehingga pemilik rumah yang taat pajak seperti saya tidak dibuat pontang-panting kesana kemari untuk mengurus guna menyamakan antara nama yang tertera di PBB dan yang tertera di sertifikat rumah.

Maka proses dimulai dengan google dan telpon mengenai syarat-syarat ganti nama tersebut.
Saya menelpon ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai wilayah tempat tinggal saya, didapat info persyaratannya sbb :

  1. Surat permohonan tertulis 
  2. Surat pengantar RT
  3. Surat Pengantar kelurahan
  4. Copy Sertifikat rumah yang sudah balik nama
  5. Copy Akte jual beli oleh notaris
  6. Copy dan asli KTP
  7. Copy NPWP
  8. Copy Pembayaran PBB terakhir 
  9. Copy BPHTB (Pajak pembelian rumah)
  10. Copy PPhTB (Pajak penjual)
  11. dan mengisi Form yang disediakan di KPP

Surat pengantar RT, gampanglah itu, pak RT rumahnya disebelah rumah.
Saat mengurus pengantar kelurahan ini yang bener-bener makan ati dan naik darah.. ampuuuunnn deh... saya dipersulit oleh oknum yang tidak mengerti hukum dan main gertak.

Gini ceritanya ....

Saya :
"Selamat pagi pak, saya bermaksud minta surat pengantar kelurahan untuk proses balik nama PBB".
Sambil saya serahkan surat pengantar RT, copy akte jual beli, copy sertifikat rumah.

Bp.Ngatijo :
"Akte jual belinya tidak berlaku karena tidak ada tanda tangan pihak kelurahan, jadi kemungkinan tidak bisa di keluarkan surat pengantar".

Saya :
"Maaf pak, akte jual beli dibuat oleh Notaris terdaftar di Negara dan pasti valid, setau saya saat jual beli rumah yang hadir untuk tanda tangan pada akte adalah : Penjual, Istri penjual, pembeli dan Notaris serta saksi dari kantor notaris".

Bp.Ngatijo :
"O tidak bisa, itu berarti Notarisnya yang nggak mau repot minta tanda tangan ke Kelurahan".

Ampuuuuuunnn dehhh…  saya beli rumah nggak kali ini aja, dimana-mana akte jual beli Notaris nggak ada tanda tangan orang kelurahan. Tapi si Ngatijo ini ngotot, bahkan dia ngasih liat surat jual beli punya orang lain yang  ada tanda tangan si Ngatijo tsb.
Ya terang ajaaaaa… ya Olooh paaaakk paaaaakk… itu kan surat jual beli biasa yang diketik diatas kertas segel secara perorangan yang tidak memiliki badan hukum. Itu bukan akte. Itu surat jual beli biasa, yang mungkin nilai jual belinya tidak besar sehingga para pihak berani membuatnya tanpa melibatkan Notaris.
Saya berusaha menjelaskan hal tersebut kepada Ngatijo.

Saya :
"Pak, itu bukan akte, itu surat jual beli biasa, dan saya sebelum datang kesini saya sudah tanya dan cross-check ke pak RT mengenai data yang dipersiapkan untuk minta Surat pengantar kelurahan"

Bp.Ngatijo :
"Tidak bisa! harus ada bukti jual beli dengan saksi pihak kelurahan".


Huhuhu… rasanya saya mau nangis saat itu, karena kesel dengan si Ngatijo yang ngotot pada sesuatu yang dia nggak ngerti, selain itu karena saya sudah atur waktu datang terlambat ke kantor pagi ini untuk keperluan tersebut, tapi kok seperti ini hasilnya. Itu kan artinya si Ngatijo minta saya bikin surat  jual beli lagi, yang artinya minta tanda tangan pemilik rumah sebelumnya dan tanda tangan pihak kelurahan, yang artinya lagi saya harus mblasuk-mblasuk mencari keberadaan si pemilik rumah sebelumnya, bahkan mungkin saya musti pasang iklan kolom di Kompas untuk mencari alamat baru si pemilik rumah sebelumnya yang sudah pindah keluar kota.
Huhuhuhu... :(~  kok mau bayar pajak aja susah banget yak!
Akhirnya saya berkata dengan nada agak keras :

Saya :
"Jadi saya tidak bisa minta surat pengantar pak Lurah ya Pak? Ok pak, kembalikan saja berkas-berkas saya, nanti saya akan menghadap ke orang yang mengerti, atau saya laporkan saja ke Mendagri".

Bp.Ngatijo :
"O bukan begitu, ibu tinggal saja berkas-berkasnya nanti saya coba ajukan ke pak Lurah".

Saya :
"Lho, bapak bilang akte jual beli saya tidak berlaku, dan bapak minta syarat yang menyusahkan saya yaitu membuat surat jual beli baru. Jadi artinya saya tidak bisa mendapatkan surat pengantar Kelurahan kan!  Kok jadi warga Negara yang baik mau bayar pajak malah dipersulit!!  Saya hanya minta hak saya sebagai warga negara, dan bapak harusnya menjalankan kewajiban Bapak melayani warga!".

Bp.Ngatijo :
"Bukan mempersulit, tapi syarat yang diminta tidak lengkap".

Saya :
"Sudah lah pak, saya akan menghadap orang yang mengerti saja".

Bp.Ngatijo :
"Baiklah, saya coba ajukan ke pak Lurah".

Saya :
"Pak Lurah pasti mengerti. Karena sebelum saya kesini saya sudah cek bahwa data-data dan surat-surat yang saya bawa sudah sesuai dengan persyaratan"

Kemudian dia kumpulkan kembali dokumen-dokumen saya. Terpaksa saya buat tanda terima sendiri karena si Ngatijo tidak mau membuatkan tanda terima. Saya pikir, dengan mutu SDM seperti si Ngatijo ini, bukan mustahil apabila dokumen-dokumen saya bisa saja hilang, dan saya tidak ada bukti tanda terima apa-apa.

Sorenya Surat Pengantar Lurah selesai, bisa diambil.
Harusnya jangan dibuat susah. Pak Lurah lebih pinter dari si oknum Ngatijo tersebut.
Sulit menghadapi SDM nggak qualified seperti itu. Bikin jelek nama kelurahan.

Karena data sudah lengkap, saya harus cari waktu untuk memprosesnya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Matraman, Jakarta Timur.

Komentar

Jeanne Kaunang mengatakan…
Hallo Mba, salam kenal baru mampir ke blog ini dan serasa menemukan harta karun dg info2 yg ada terutama ttg segala dokumen utk orang/suami asing krn saya sementara mengurus kitas dan tetek bengeknya :).
Sayang banget ya utk balik nama pajak harus ada pengantar dari kelurahan segala, thn 2010 sy urus balik nama PBB, pengantar tsb tdk diperlukan (diskip) aja sama petugas pajak, lain KPP lain pula kebijakannya ya...
Eny DArief mengatakan…
Hallo Jeanne..
Ya Jeanne benar, teman saya juga ngeluh hal yang sama saat urus balik nama PBB katanya "sudah repot2 minta pengantar lurah ternyata di skip saja sama org pajaknya". kayaknya lain petugas yg handle lain pula tingkat kesulitannya.

Semoga sejak Gubernurnya Bp.Jokowi, orang-orang model Ngatijo nggak ada lagi di kelurahan tempat saya tinggal.