Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

I'm the Great Pretender

Gambar
Hans Christian Andersen merupakan salah satu buku favorit saya ketika kecil, salah satu cerita yang masih membuat saya tergelitik sampai sekarang adalah cerita mengenai Raja tamak yang tertipu oleh tukang jahitnya, judulnya The Emperor’s New Clothes. Sedikit ceritanya seperti ini, Sang raja yang terkenal tamak, kikir dan hanya mementingan diri sendiri daripada rakyatnya yang miskin jelata, suatu saat kena batunya. Ketika dia mencari tukang jahit di seluruh negeri utuk membuat rancangan bajunya yang di desain semewah mungkin, dengan bahan-bahan untaian benang-benang terbuat dari emas dan permata, maka didapatinya seorang tukang jahit yang konon handal dengan rancangannya. Maka dimintalah sang tukang jahit untuk mendisain dan menjahit bajunya. Raja tamak tersebut memberikan bahan-bahan benang emas dan permata terbaik kepada tukang jahit tersebut untuk dibuatkan bajunya. Maka proses menjahit dilakukan berhari-hari. Suatu ketika Raja tamak menyuruh Patih untuk melihat progress pembu

Hutang, Besar Pasak daripada Tiang

Fenomena yang sering dijumpai di jaman milenial ini, dimana tuntutan seseorang untuk exist dengan tampil wah, tapi diperlukan biaya yang tinggi untuk menunjang kebutuhannya, akibatnya apabila tidak bisa berhutang maka jalan pintas lain diambilnya. Barangkali kasus "Menjemput rejeki di Surabaya" artis VA yang ke gep baru-baru ini, menjadi salah satu contoh kasus tersebut. Sang artis tidak berhutang tapi mengambil yang dia sebut 'rejeki' dengan cara lain . Tulisan ini tidak membahas kasus sang artis, tapi menyoroti kasus hutang piutang. Seseorang memberi hutang seringkali bukan karena uangnya berlebih, tapi lebih karena mendahulukan si penghutang dengan men-skip kebutuhan lain yang sudah di forecast-kan, terutama bila si penghutang adalah orang-orang dekat. Ketika seseorang rela mendahulukan penghutang, pertimbangannya karena si penghutang memerlukan uang mendesak yang harus didahulukan. Tapi ketika keadaannya terus-terusan mendesak, maka mau ga mau haru

Melihat Kembali Pernikahan antar Bangsa

Gambar
Sebelumnya netizen dibuat patah hati dengan per nikahan Raisa dan Hamish Daud yang berkebangsaan Australia.    Pernikahan antar bangsa tidaklah seribet yang dibayangkan, asalkan dijalankan sesuai aturan yang berlaku di kedua negara bersangkutan Menikah dengan pasangan berkebangsaan asing, terutama bila dilaksanakan di Indonesia, bukanlah perkara menikah antar keluarga besar keduabelah pihak saja, tapi juga melibatkan consular dari negara asing bersangkutan, serta pelaporan ke Polres setempat dimana pihak WNI berdomisili. Pernikahan Muslim di KUA maupun non muslim di Catatan Sipil persyaratan dokumen yang diperlukan sama, seperti sebagai berikut : Dari pihak calon pengantin WNA : ·          Birth certificate / Akta lahir ·          Dissolution married certificate (bila sudah pernah menikah dan cerai), atau surat single. ·          Paspport  ·          Surat keterangan dari kedutaan (Certificate of No Impediment to Marriage / CNI ) ·          Surat keterangan dari

Pantang Keluar Sebelum Bikin Alis

Gambar
Kedengerannya seperti moto pemadam kebakaran “Pantang Pulang Sebelum Padam” Wkwkwk.. tapi ini jauh dari cerita soal pemadam kebakaran. Para perempuan jaman now paling takut kelihatan jelek, maka segala cara ditempuh untuk tampil cetar membahenol . Para pelaku bisnis menangkap akan kebutuhan ini makanya banyak bertebaran praktek sulam alis dan sulam bibir dibanyak penjuru kota. Namun meskipun begitu, banyak juga perempuan yang tidak tertarik dengan metode sulam menyulam ini, alasannya mungkin begini : Sudah bagus dari sono-nya Lebih nyaman Ngalis sendiri, bisa menyesuaikan bentuk alis sesuai selera Takut proses-nya menyakitkan. Padahal setahu saya, proses sulam alis berbeda dengan proses sulam bibir yang harus ditusuk-tusuk jarum diseputar bibir sampe berdarah-darah. (Bibir sih ditusuk-tusuk macam sate bang Bokir aja. Jadi inget suara fenomenal ini “ Bang Bokirrr.. pesen sate seratus tusuk” . Hiiyyyy ada sundel bolooonnng). Dari alasan-alasan tersebut, Saya NGG

Wisata Melbourne : Brighton Bathing Box

Gambar
Berwisata ke Melbourne, banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi secara gratis, salah satunya Brighton Bathing Box. Gratis dalam arti tidak ada tiket masuk menuju pantai ini, hanya bayar parkir saja di area pantai, kalo ga salah waktu itu sekitar AU$4 – AU$6 per jam. Tapi tenang saja, apabila kita mau sedikit menyusuri area perumahan elit di seberang pantai, di area perumahan tersebut ada banyak area parkir gratis, tinggal pilih saja, ada yang ditandai dengan area parkir 1 jam, area parkir 2 jam sampai 3 jam. Tapi ya itu, jangan melebihi waktu dari yang sudah ditentukan. Brighton Beach adalah salah satu tujuan wisata favorit di Melbourne. Posisinya berada di City of Bay, sekitar 17 KM dari Port Phillip Bay, letaknyanya di Dendy Street Beach. Disekitar Port Phillip Bay dan Western Port ada sekitar 1860 Bathing boxes, gudang perahu dan bangunan serupa, tapi Bathing Box yang ada di Brighton Beach inilah yang tersisa dan letaknya paling dekat dengan pusat bisnis Melbou