Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerpen

Pelangi di Matamu

Gambar
pixabay.com "Boleh kenalan nggak neng, nama saya Nuraleh" Ainah menoleh ke arah sumber suara. Seorang pemuda dengan potongan  lain dari pada yang lain , pemilik suara itu. Celananya  cutbrai ngambai  dibagian bawah kaki, potongan rambutnya agak panjang dengan jambul  nyentrik . Ainah tersenyum  ngebayangin , ni bocah pasti selalu  berantem  sama driver Gojek karena menolak pakai helm, takut  ngerusak  jambul. "Senyum senyum neng, suka sama saya yang keren ini ya".   Pede  banget  ni bocah. "Namanya Ainah kan? Saya boleh panggil Aing yak".   Sekate-kate ngerubah nama orang. "Ainah, jangan Aing. Nama situ Nuraleh, kenapa gak Nurali aja? JAMRUD banget kedengerannya" Ainah tertawa ingat gaya  Krisyanto, vocalis Jamrud  menyanyikan lagu Pelangi Dimatamu : "Engen ku makei dereku sendere yang tak berkutik didepan moooo" *** Itu percakapan beberapa waktu lalu. Setelah itu Nuraleh mati-matian kasmaran dengan Ainah. Suatu p

When I See You Smile - bad english

Gambar
Ilalang bergegas menuju pintu, seseorang mengetuk ruang kerjanya “Selamat pagi Bu” seorang Satpam berdiri tegak seraya memberi salam hormat, “Saya mengantar Mr Willson, tamu Mr.Gilbert” Seseorang bermata hazel berdiri disebelah Satpam “Apa sudah ada appointment sebelumnya? Saya tidak mencatat Mr.Gilbert ada appointment hari ini, tunggu sebentar saya akan konfirmasikan ke Mr Gilbert, silahkan masuk” Dipersilahkan tamu ini duduk di sofa yang ada ruang kerja Ilalang.  Kemudian, “Selamat pagi pak Gilbert, ada tamu diruangan saya, ingin bertemu dengan Bapak, namun tidak ada appointment di agenda saya” “Ilalang, suruh tamu itu tunggu, Mr.Willson perwakilan dari Australian office” “Baik pak” Ilalang meneruskan pekerjaan. Tumben , hari Sabtu Mr.Gilbert datang, bahkan terima tamu. ** Hari Senin kemudian, sibuknya terasa dua kali lipat, karena ada demo para pekerja outsourching yang menuntut untuk dijadikan karyawan. Karyawan bagian HRD terpaksa ‘rusuh’

Akulah Ilalang

Gambar
credit to : https://medium.com Gerbong sesak yang membawaku berhenti disebuah stasiun kecil. Aku diturunkan disini bersama dengan banyak perempuan yang sama sekali tak ku kenal, yang tadi berjejalan dalam satu gerbong pengap bersamaku. Lunglai tubuhku, airmata belumlah kering, masih terbayang wajah perih Ibuk yang tak kuasa mencegah kepergianku. Mereka merebutku dari pelukan Ibuk. Aku sedang membantu Ibuk meniup-niup tungku, agar api tetap menyala stabil supaya rebusan jenang dikuali besar ini matang dengan sempurna. Ibuk biasa membuat panganan jenang menjelang lebaran tiba untuk dibagikan kepada kerabat dan tetangga. Ketika tiba-tiba serombongan laki-laki menerobos masuk rumah. Mereka berperawakan kekar, bermata sipit dan sangat kasar. Salah seorang laki-laki kekar itu menarik lenganku dengan paksa. Tatapan matanya seolah melahap seluruh tubuhku. Tubuhku berguncang kuat, aku menggigil ketakutan. “Buuuk… tolooong” “Jangan tuan..  lepaskan anak saya” Tangan