Strategi SNMPTN - Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2019 sudah
dimulai. Jadwalnya, mulai 4 Januari sampai dengan 25 Januari 2019 adalah
Pengisian dan Verifikasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Cara
pengisian PDSS sebagai berikut :
Kepala Sekolah mengisi data sekolah dan siswa di PDSS melalui
lamanhttp://pdss.snmptn.ac.id.
Kepala Sekolah mendapatkan password setiap siswa yang akan digunakan
untuk melakukan verifikasi.
Siswa melakukan verikasi data rekam jejak prestasi akademik yang diisikan
oleh Kepala Sekolah dengan menggunakan NISN dan password yang diberikan oleh
Kepala Sekolah. Rekam jejak prestasi akademik merupakan data di raport mulai
semester I sampai dengan semester V.
Verifikasi oleh siswa harus diteliti baik-baik, jangan sampai ada
kesalahan hasil dari isian sekolah, cek ulang sebelum submit. Karena apabila
salah dan kemudian siswa lolos SNMPTN nanti, akan sulit bahkan bisa dibatalkan
kelulusannya oleh Perguruan Tinggi Negeri tujuan, ketika di cek hasil nilai
PDSS berbeda dengan nilai yang sesungguhnya.
Kemudian dilanjutkan dengan Pendaftaran SNMPTN mulai 4 Februari sampai dengan 14 Februari 2019. Pendaftaran
ini terkait erat dengan pemilihan Program Studi dan Perguruan Tinggi Negeri
yang dimintati. Disinilah strateginya.
SNMPTN merupakan pola seleksi nasional berdasarkan penjaringan prestasi
akademik dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi-prestasi lainnya. Maka
manfaatkan waktu yang sudah mepet ini dengan sebaik-baiknya untuk lolos di
Perguruan Tinggi Negeri impian.
Untuk sukses di SNMPTN ini sudah tidak perlu lagi belajar, karena nilai
sudah di rekam sejak semester I sampai dengan semester V.
Bukan maksudnya stop belajar, karena masih ada Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN) yang akan dihadapi bila SNMPTN ini tidak
lolos. Ingat lho soal-soal SBMPTN
cabenya 99.
RAJIN BROWSING
Manfaatkan internet dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai
Perguruan tinggi negeri dan Program studi yang diminati. Hal Ini termasuk quota
dan persentase antara peminat dan quota tersedia di Fakultas pada perguruan
tinggi yang diminati dan menyesuaikan jumlah nilai siswa, supaya siswa
realistis memilih program studi dan Perguruan tinggi negeri, jangan sampai
salah strategi.
MENGETAHUI KELEBIHAN SISWA
Harus mengetahui, di pelajaran apa siswa dimaksud unggul, maka sesuaikan
Program studi yang dipilih sesuai dengan kemampuan atau nilai unggul siswa
dimaksud.
REALISTIS DALAM MEMILIH PROGRAM STUDI dan PERGURUAN TINGGI NEGERI
Perlu diingat SNMPTN tidak hanya melihat nilai rata-rata raport, tapi melihat
satu persatu nilai mata pelajaran pada raport kelas X, XI, XII, atau semester 1
sampai dengan semeseter 5, yang pada akhirnya yang bisa lolos adalah yang
memilih jurusan yang sesuai dengan kemampuannya dengan dibuktikan nilai raport
dan lampiran prestasi diluar akademik lainnya.
Contohnya begini :
Namira nilai rata-rata raportnya 8,5 dengan variasi nilai tinggi rendah pada
masing-masing pelajaran. Antara lain nilai di rapot Namira, Ekonomi 7,5 ;
Sosiologi 9. Namira memilih jurusan Ekonomi pada Universitas Indonesia.
Kemungkinan besar Namira gagal, saingannya selain seluruh siswa kelas XII di
sekolahnya, juga siswa kelas XII dari seluruh Indonesia. Apabila Namira memilih
Jurusan Sosiologi berkemungkinan akan lolos, tapi sekali lagi, nilai
sosiologinya harus stabil dari kelas X, XI, XII, bukan turun naik, begitu juga
nilai pelajaran IPS lainnya, ga boleh turun anjlog, harus stabil atau cenderung
naik.
NILAI STABIL
Semua nilai mata pelajaran di raport harus stabil dari kelas X, XI, XII
terutama nilai pelajaran yang menunjang pada rogram studi yang diminatinya.
Saya ambil dari true story Karina, anak saya :
Karina : Nilai pelajaran Bahasa Inggris kelas X 8,2; kelas XI 8,7, kelas
kelas XII 9,1. Punya sertifikat TOEFL dengan nilai 580. Karina memilih Sastra
Inggris pada Universitas Brawijaya. Hohoho... ini mah merem ajah sudah pasti
lolos. Makanya jauh sebelum pengumunan SNMPTN bahkan sebelum ujian negara, saya
sudah cari tempat kos di dekat kampus Brawijaya.
Tapi sekali lagi perlu diingat, pelajaran lain juga harus stabil
nilainya.
LIHAT COMPETITOR
Semua siswa kelas XII di sekolah adalah "Competitor".
Mengetahui musuh dengan baik adalah kunci menang 'perang'. Ga percaya??? tanya
Napoleon Bonaparte
Kembali saya contohkan true story Karina :
Saat saya bernegosiasi dengan Karina, apakah pilih FISIP Hubungan
Internasional atau Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Sastra Inggris sebelum
pendaftaran online SNMPTN, saya harus melihat :
Siapa yang ambil jurusan yang sama dengan Karina
Berapa nilai PKN dan Sosiologi 'competitor' tersebut (kalau pilih FISIP :
Hubungan International)
Berapa nila Bahasa Inggris 'Competitor' tersebut (kalau pilih FIB :
Sastra Inggris)
Ranking si 'competitor' (minimal ranking di kelas)
Untuk info no. 1 memang agak sulit mendapatkannya, bahkan guru BK pun
menasehati saya: bahwa rata-rata siswa saling menutupi jurusan yang dipilih,
tujuannya supaya teman dengan nilai yang lebih tinggi dari dia TIDAK memilih
jurusan yang sama, bisa kalah donk. Percayalah, anak-anak sekarang lebih pinter
dalam hal strategi.
Tapi Karina dapat data otentik dari Grace yang nilai Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) dan semua nilai mata pelajaran stabil, bahwa Grace
memilih Hubungan Internasional di Universitas negeri yang sama dengan Karina.
Upppssss... down duluan, Nilai PKN Karina hanya tinggi di kelas XII,
sementara kelas X dan XI ga stabil, selain itu ranking Grace lebih tinggi dari
Karina. Ga mau konyol, salah strategi, pilih fakultas lain : Sastra Inggris.
Bahkan saya 'menangis' berhari-hari untuk say good bye pada Hubungan
International, karena harus menyusun strategi lain supaya lolos saringan
SNMPTN.
Perlu semua pembaca ketahui, bahkan saya sudah print-out semua mata
kuliah Hubungan International S1 dan S2, bahkan jauh hari sejak Karina masih
duduk di kelas X, itu karena minat saya dan Karina klop untuk masuk fakultas
tersebut.
PUNYA SERTIFIKAT PLUS
Bekali siswa dengan les pada pelajaran yang menunjang pada
fakultas/jurusan yang dipilih, karena sertifikatnya diperlukan untuk
dicantumkan saat pendaftaran dan SANGAT menentukan untuk lolos tidaknya di
SNMPTN. Selain itu sertifikat-sertifikat dari kegiatan organisasi dan
kepemimpinan juga ampuh untuk bisa menembus SNMPTN.
Kesimpulan :
Berdasarkan fakta, banyak siswa pintar gagal di SNMPTN, karena terlalu
percaya diri memilih Fakutlas/Jurusan yang persaingannya ketat, tanpa menyadari
bahwa 'diatas langit masih ada langit' artinya mereka lupa bahwa ini adalah
ajang persaingan nasional, memperebutkan hanya lebih kurang 17% kursi saja dari
peminat seluruh Indonesia, artinya betapa ketatnya persaingan, jadi tidak hanya
diperlukan nilai yang tinggi saja tapi juga SANGAT DIPERLUKAN strategi cerdas
untuk bersaing dengan siswa-siswa yang lebih pintar dari seluruh Indonesia.
Faktanya, anak-anak pintar yang tidak lolos SNMPTN tersebut bisa sukses
masuk Perguruan Tinggi Negeri melalui test SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) dan program Mandiri.
edited 15 January 2019
Komentar
saya doakan semoga Fitrie lulus SNMPTN. siapkan juga amunisi untuk bertempur di SBMPTN, jadi kalaupun SNMPTN belum lolos masih ada kesempatan di SBMPTN.
Jangan hanya fokus ke UN, karena kesempatan lulus UN 99%, Fokus ke SBMPTN, sebab kesempatannya hanya 15% tahun ini.
Adiknya Karina juga kelas XII tahun ini, dan sejak awal tahun pelajaran sudah nyiapin amunisi buat SBMPTN, sukur-sukur bila SNMPTN lolos, jadi ga usah bertempur di SBMPTN.
Semangat ya Fitrie. Semua orangtua dan guru pasti mendoakan anak2 kelas XII saat ini, supaya semuanya berhasil.
Semoga sukses masuk Jurusan Biologi di Univ negeri ya De.